Sabtu, 17 Desember 2011

Dua Keuntungan Orang Kuat

Abu Hurairah r.a. meriwayatkan, Rasulullah SAW bersabda: “Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih Allah cintai daripada Mukmin yang lemah dan pada keduanya tetap ada kebaikan.” (H.R. Muslim)

Arti Kekuatan

Kekuatan yang dimaksud dalam hadits di atas tidak hanya terbatas pada kekuatan fisik, tetapi juga mengandung arti tekad yang kuat atau keinginan yang tinggi untuk dapat melakukan berbagai kebaikan dan amal saleh.

Tekad yang kuat dalam melaksanakan segala aktivitas yang akan dapat mengantarkan seseorang kepada kebahagiaan hidup di akhirat kelak. Oleh karena itu, Mukmin yang kuat akan selalu menjadi yang terdepan dalam beribadah kepada Allah SWT.

Kandungan Hadits

Rasulullah SAW memberikan perbandingan kepada kita antara dua jenis manusia yang sama-sama Mukmin (beriman). Yang satu Mukmin yang kuat dan satunya lagi Mukmin yang lemah. Keduanya sama-sama baik dan dicintai Allah, namun yang pertama lebih baik dan lebih dicintai Allah SWT daripada Mukmin yang kedua.

Mukmin yang kuat memiliki kemuliaan jiwa, yakni jiwa yang selalu mulia di hadapan para penentang Islam, penuh dengan harga diri di hadapan para tiran, dan selalu tegar, setegar Yasir ayah Ammar bin Yasir dan Sumayyah ibu Ammar bin Yasir — keduanya mendapatkan syahadah (mati syahid) saat mempertahankan akidahnya.

Jiwa Mukmin yang kuat juga selalu tegar dan istiqamah dengan prinsip-prisnsip dakwah Islam. Jiwanya tak tergoyahkan dengan gemerlap dan rayuan duniawi, walaupun jauh dari saudara-saudara seiman dan seakidah. Mukmin yang kuat akan terus berjalan di atas rel dakwah dan selalu mendakwakan Islam kepada orang lain.

Kita dituntut agar menjadi Mukmin yang kuat secara kepribadian, kehendak, cara berfikir, dan secara fisik. Potensi apa saja yang dimiliki oleh seorang Mukmin harus digunakan secara optimal agar dapat mendukung cita-cita mulia.

Kekuatan Dalam Doa

Rasulullah SAW adalah qudwah kita dalam segala hal. Beliau juga banyak mengajari kita berbagai sarana dalam mengais kebaikan dan pahala. Di antara kebaikan itu adalah doa. Dalam doanya, Rasulullah SAW memohon kepada Allah SWT agar diberikan kekuatan.

Doa adalah ibadah. Doa juga adalah ungkapan ketundukan kita kepada Allah SWT. Rasul berdoa agar diberi kekuatan karena dengan kekuatan amal ibadah akan terasa lebih optimal. Dalam doanya beliau memohon kepada Sang Pemilik Kekuatan

“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari rasa gelisah dan sedih, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung kepada-Mu sifat pengecut dan bakhil, dan dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan dominasi orang-orang zhalim.” (H.R. Abu Daud).

Rasulullah SAW menganjurkan umatnya agar meraih kekuatan, salah satunya dengan doa, bukan saja kekuatan diri dan jiwa, kekuatan azam dalam menggapai segala cita-cita mulia, tapi juga kekuatan yang dapat menggetarkan musuh-musuh Al-Haq.

Dua Keuntungan

Mukmin yang kuat akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus.

Pertama, mendapatkan predikat lebih baik daripada Mukmin yang lemah. Walau pun keduanya memliki kebaikan, karena keduanya sama-sama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, namun kebaikan bagi Mukmin yang kuat bernilai “lebih”.

Kalau Allah SWT ingin limpahkan kebaikan, maka, tidak ada seorang pun yang akan menghalanginya. Allah SWT memiliki banyak cara dalam melimpahkan kebaikan kepada hamba-Nya, di antaranya, sesuai dengan pesan-pesan Rasulullah SAW sebagai berikut:

“Barangsiapa yang Allah ingikan kepadanya kebaikan, maka Dia akan memberikan pemahaman agama kepadanya” (H.R. Bukhari).

“Barangsiapa yang Allah inginkan untuknya kebaikan, maka Allah akan menggunakannya. Para sahabat bertanya: ‘Wahai Rasulullah, bagaimana Allah menggunakannya?’. Rasulullah menjawab: ‘Allah akan senantiasa memberikannya taufik untuk beramal saleh sebelum ajal menjemputnya’.” (H.R. Ahmad)

Kedua, lebih dicintai Allah SWT. Ini keuntungan yang tak ternilai, Betapa bahagianya seorang hamba bila Allah SWT mencintainya. Perhatikan sabda Rasulullah SAW berikut:

“Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil malaikat Jibril dan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia’. Kemudian Jibril mencintai orang itu dan berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia.’ Penghuni langit pun akhirnya mencintai orang itu. Setelah itu kecintaanya diteruskan kepada penghuni bumi. Dan apabila Allah membenci seseorang, maka Allah memanggil malaikat Jibril dan berfirman: ‘Aku membenci Fulan, maka bencilah dia.’ Kemudian Jibril membenci orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada penghuni langit: ‘Sesungguhnya Allah membenci Fulan, maka bencilah dia.’ Mereka pun membencinya. Kemudian kebenciannya tersebut diteruskan kepada penghuni bumi.” (H.R. Muslim)

Semoga kita senantiasa termotivasi untuk menjadi Mukmin yang kuat, tidak sebatas kuat fisik, tapi juga kekuatan tekad dan ruhiyah. Wallahu a’lam.* (Ust. Taufik Hamim effendi, Lc., MA – www.muntadaquran.net)

1 komentar: