Jumat, 23 Januari 2009

PERLU RE-IDEOLOGI PARTAI ISLAM



“Kembali kepada ideologi Islam secara menyeluruh merupakan perkara yang sangat fundamental bagi parpol Islam saat ini, agar mereka tidak terjebak kedalam pragmatisme politik dalam alam demokrasi.”

Menarik sekali membaca tulisan-tulisan cerdas dalam kolom opini tribun timur beberapa pekan ini, yang memperbincangkan salah satu partai yang dikatakan berbasis islam di Indonesia. Tetapi dalam tulisan kali ini saya tidak bermaksud untuk turut meramaikan perbincangan tersebut tetapi lebih kepada arah untuk menyoroti secara mendalam fenomena partai politik islam saat ini. Apakah dalam aktivitas politik yang mereka lakukan mereka masih berpegang kepada frame ideologi islam secara kaffah ataukah justru telah melenceng dari islam dan mengarah kepada hal yang bersifat pragmatis dalam perjuangannya yakni untuk merebut kekuasaan dan menggunakan kekuasaan yang telah mereka peroleh tidak sebagaimana titah dan perintah Allah SWT dalam Al-Qur’anul Karim untuk menerapkan hukum-hukum Allah dan islam secara kaffah dalam realitas kehidupan, dalam hal ini partai tersebut tidak menjadikan basis perjuangan penerapan syariah islam sebagai modal utama dalam kampanye yang mereka gelar.

Secara pribadi saya sangat cemas melihat berbagai macam partai politik yang berlabel islam saat ini mereka mengatakan bahwa partai mereka adalah partai islam tetapi tidak nampak secara nyata penggelembungan opini dan aktivitas yang mereka lakukan kepada arah penerapan syariah islam. Bahkan kita tidak melihat dalam aktivitas kampanye yang mereka lakukan isu yang mereka usung sebagai prioritas utama adalah perjuangan partai tersebut untuk menegakkan syariah islam, tetapi justru lebih sibuk kepada bahan-bahan kampanye yang sifatnya pragmatis dan tidak tegas sehingga masyarakat kurang dapat menangkap pesan politik yang ingin mereka sampaikan untuk perjuangan penerapan syariah islam. Hal ini menurut saya sangat berbahaya bagi partai islam saat ini karena nantinya islam hanya akan dijadikan sebagai label tanpa ada aktualisasi secara nyata dalam kebijakan partai untuk memperjuangkan islam. Orientasi inilah yang seharusnya menjadi ruh partai islam yang lahir dari adanya proses ideologisasi islam secara matang dalam tubuh partai tersebut. Sehingga saya beranggapan bahwa perlu ada proses Re-ideologi islam didalam tubuh partai islam untuk mengembalikan mereka ke jalan yang benar.

Peran Parpol dalam Islam

Partai politik didefenisikan sebagai suatu kelompok terorganisasi yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan cita-cita yang sama. (Miriam Budiardjo, 1992). Tujuan partai politik adalah memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan partai, yaitu fungsi agregasi, edukasi, artikulasi, dan rekruitmen. (Sigmund Neumann, 1981). Dilihat dari pengertian tersebut ada beberapa unsur penting yang ada dalam partai politik, yaitu : orang-orang, ikatan antara mereka hingga terorganisasi menjadi satu kesatuan, serta orientasi, nilai, cita-cita, tujuan dan kebijaksanaan yang sama.

Memang, parpol memiliki fungsi dan tujuan tertentu serta memiliki beragam komposisi dan sifat keanggotaannya. Lebih dari itu, jika dicermati secara intens, dalam islam peran dan tugas parpol sangatlah luas. Pertama: Parpol wajib mengoreksi penguasa. Keberadaan parpol dalam Islam memiliki tugas atau kewajiban sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah SWT, yakni mendakwahkan islam dan melakukan amar makruf nahi mungkar. Inilah yang menjadi suatu hal yang perlu dicermati oleh masyarakat Indonesia negeri yang mayoritas muslim ini, apakah selama ini partai politik islam yang ada senantiasa melakukan koreksi terhadap kebijakan penguasa yang bertentangan dengan islam ataukah justru memilih-milih perkara yang mereka koreksi berdasarkan kepentingan partai bukan kepentingan islam. Jikalau kondisi tersebut yang terjadi maka kita dapat memberikan kesimpulan bahwa partai ini haruslah dikembalikan kepada khittah islam yang sesungguhnya yakni sarana komunikasi politik untuk menyalurkan aspirasi yang sesuai dengan syariah. Landasan pijakan dalam aktivitas koreksinya juga harus jelas yakni islam bukan karena kepentingan pragmatis.

Kedua: Parpol dalam Islam harus membina kesadaran politik masyarakat. Setiap peristiwa di tengah masyarakat tidak selalu murni tanpa rekayasa. Sebagian peristiwa boleh jadi by design kelompok tertentu dan untuk kepentingan politik tertentu pula. Dalam ungkapan Benjamin Disraeli, “The world is governed by far different personages from what is imagined by those who are not behind the scenes.” (Dikutip dari Luthfi Hidayat, 2007)

Pada hakikatnya, situasi politik lokal, regional, dan internasional terjadi mengikuti mainstream dari sebuah kebijakan politik. Hal ini sejalan dengan pendekatan ekologis dalam sistem politik yang mengatakan bahwasanya sistem politik dikelilingi oleh lingkungan domestik maupun lingkungan internasional, yang saling mempengaruhi dan dipengaruhi antara satu sama lain. Umat harus mengamati dan memahami semua kejadian tersebut dari sudut pandang islam. Nah, inilah yang dimaksudkan dengan kesadaran politik Islam. Disamping melakukan pembinaan secara umum kepada masyarakat dengan melontarkan ide dan pemikiran tentang ajaran islam. Partai politik islam juga harus merespon berbagai persoalan kemasyarakatan, membongkar persekongkolan dan rekayasa jahat orang-orang kafir terhadap ajaran islam dan kaum muslimin, dan sebagainya. Semua itu merupakan bagian dari tahapan dakwah yang ditempuh oleh Rasulullah SAW dalam aktivitas dakwah politiknya.

Ketiga: Parpol harus berusaha untuk mewujudkan dan menjaga tegaknya islam. Saatnyalah parpol islam tidak hanya terbuai dengan wacana demokrasi dan pemilu yang terbukti hanya fatamorgana. Parpol islam tidak seharusnya menampilkan simbol-simbol partai, jargon-jargon kosong, retorika tanpa makna yang cenderung melenakan umat, atau pidato agitatif yang membius euforia dan histeria massa ketika kampanye. Jika sekedar itu yang banyak dilakukan oleh partai politik islam saat ini maka tidak akan memberi sumbangsih yang besar terhadap kebangkitan islam.

Re-Ideologi Parpol Islam Sebuah Keniscayaan

Kembali kepada ideologi islam secara menyeluruh merupakan perkara yang sangat fundamental bagi parpol islam saat ini, agar mereka tidak terjebak kedalam pragmatisme politik dalam alam demokrasi. Pragmatisme politik justru banyak menghinggapi partai politik islam kontestan pemilu saat ini karena tujuan utama mereka seakan-akan adalah kursi dan jabatan. Untuk menggapai itu semua seluruh daya dan upaya yang dimiliki oleh parpol islam tersebut dikerahkan dan setelah mendapatkan itu semua mereka akhirnya bersikap moderat dan toleran terhadap hal-hal yang bertentangan dengan islam.

Aktivitas partai politik yang berideologi islam seharusnya senantiasa terikat dengan hukum-hukum islam yang menjadi mercusuarnya. Semuanya itu akan dapat berjalan hanya jika partai politik Islam tersebut terdiri dari 3 unsur dan hal inilah yang akan menjadikannya sebagai sebuah partai yang benar-benar ideologis yakni : 1) Fikrah (pemikiran) dan thariqah-nya bersifat ideologis,jelas dan tegas hingga ke bagian-bagian terkecilnya termasuk harus tegas dan lantang menyuarakan penegakan syariat islam dan keinginan mereka untuk menegakkan syariah islam; 2) Bertumpu pada orang-orang yang memiliki kesadaran politik yang benar, memiliki niat yang ikhlas hanya untuk memperjuangkan Islam dan kaum Muslim serta semata-mata hanya mencari keridhaan Allah SWT dalam aktivitas politik yang mereka lakukan; 3) Ikatan yang menjalin para anggota parpol, simpatisan maupun pendukungnya adalah akidah Islam.

Perlu dipahami bahwa hanya dengan keberadaan parpol seperti inilah, umat islam akan meraih kemenangan yang sejati dan persoalan bangsa yang sangat kompleks ini akan dapat terselesaikan secara tuntas dan menyeluruh, yakni dengan keberadaan partai politik Ideologis yang berjuang demi penegakan syariah Islam dan Khilafah yang menjadi tujuan dan cita-cita dari parpol tersebut.

*Penulis : Mahasiswa FISIP UNHAS, Program Studi Ilmu Politik

Aktivis Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus

(BKLDK) Daerah Makassar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar